2.2.
Balok
2.2.1.
Pengertian Balok
Balok
juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.
Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Apabila
suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan
timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok
tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan
yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan
tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian
dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan
tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
Untuk
menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di daerah momen lapangan
dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya antara batang tulangan utama tidak
melebihi 150 mm. Bila momen di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat
digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu, dalam sebuah penampang balok
persegi setidaknya harus terdapat empat batang tulangan dipasang pada tiap
sudut penampang, batang-batang disudut ini dan yang membentang sepanjang balok
dilingkari oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan kekakuan secukupnya bagi
sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batang-batang yang diameternya
tidak kurang dari 6 mm.
Persyaratan balok menurut PBBI
1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh
diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi balok harus dipilih
sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b.
Untuk
semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk
balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan
pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada
keadaan-keadaan khusus.
c.
Tulangan
tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d.
Pada
balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus dipasang
tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok.
Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada
jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang
sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan
dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak
sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok.
Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja
lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
2.2.2. Klasifikasi Balok
Beberapa jenis balok antara lain :
·
Balok
sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas
berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai
dari semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak
tergantung bentuk penampang dan materialnya.
·
Kantilever
adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung hanya pada
satu ujung tetap
·
Balok
teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.
·
Balok
dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan rotasi
·
Bentangan
tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua
bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
·
Balok
kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk
menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari
serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.
Berdasarkan
bahan balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :
a. Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek
structural. Balok dapat ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang
beban. Dalam pemilihan balok kayu, factor berikut harus dipertimbangkan : jenis
kayu, kualitas structural, modulud elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai
tegangan geser yang diizinkan dan defleksi minimal yang diizinkan untuk
penggunaan tertentu. Sebagai tambahan , perhatikan kondisi pembebanan yang
akurat dan jenis koneksi yang digunakan.
·
Balok
kayu laminasi lem
Kayu laminasi lem dibuat dengan
melaminasi kayu kualitas tegang ( stress grade ) dengan bahan adhesive di bawah
kondisi yang terkontrol, biasanya parallel terhadap urat kayu semua lembaran.
Kelebihan kayu laminasi lem dibandingkan kayu utuh secara umum yaitu batas
tegangan yang lebih besar, penampilan yang lebih menarik dan ketersediaan
bentuk penampang yang beragam. Kayu laminasi lem dapat disatukan ujung-ujungnya
dengan sambungan scarf dan finger sesuai panjang yang diinginkan,
atau dilem ujung-ujungnya untuk lebar atau kedalaman yang lebih besar.
·
Balok
kayu berserat parallel
Kayu berserat parallel atau disebut
Parallel Strand Lumber ( PSL ) adalah kayu structural yang dibuat dengan
mengikat serat-serat panjang kayu bersama dibawah panas dan tekanan dengan
menggunakan adhesive kedap air. PSL adalah produk hak milik di bawah merek
dagang Parallam, digunakan sebagai balok dan kolom pada konstruksi kolom-balok
dan balok, header, serta lintel pada konstruksi rangka ringan.
·
Balok
kayu veneer berlaminasi
<!--[if gte vml 1]> Kayu
veneer berlaminasi atau Laminated Veneer Lumber ( LVL ) adalah produk kayu yang
dibuat dengan mengikat lapisan tripleks secara bersama dibawah panas dan
tekanan menggunakan bahan adhesive kedap air. Mempunyai urat serat kayu arah
longitudinal yang seragam menghasilkan produk yang kuat ketika ujungnya dibebani
sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai papan.LVL digunakan sebagai
header dan balok .
b. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau
papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh balok induk ( girder ),
kolom, atau dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja
structural digunakan untuk membangun rangka bermacam-macam struktur mencakup
bangunan satu lantai sampai gedung pencakar langit. Karena baja structural
sulit dikerjakan lokasi ( on-site ) maka biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi
dalam pabrik sesuai spesifikasi disain. Hasilnya berupa konstruksi rangka
structural yang relative cepat dan akurat. Baja structural dapat dibiarkan
terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja
dapat kehilangan kekuatan secara drastic karena api, pelapis anti api
dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.
Balok baja berbentuk wide-flange
( W ) yang lebih efisien secara structural telah menggantikan bentuk klasik
I-beam ( S ). Balok juga dapat berbentuk channel ( C ), tube structural,
c. Balok beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut
bentangan dan bentuk cetakannya.
Berdasarkan
Fungsinya, balok terdiri atas:
a. Balok
dukung girder
suatu balok yang daya dukungnya
perlu ditambahkan dengan cara menambahkan pelat baja lebar pada bagian sayap
atas dan bawah suatu penampang lintang balok profil
b. Balok
lantai
suatu balok yang berfungsi menompang
balok anak dan balok induk dalam suatu system struktur lantai.
c.
Balok anak dan balok induk pada system lantai
suatu balok yang berfungsi menompang
pelat lantai, dimana pelat lantai dapat terbuat dari beton, papan kayu, pelat
baja, dan aluminium.
d.
Balok atap ( kuda- kuda, kasau dan sebagainya )
balok struktur atap seperti balok
gordeng untuk menompang balok kasau, dan balok kasau menompang balok reng dan
sebagainya.
e.
Balok spandrel
balok batas pinggir bangunan dapat
dibentuk lengkung, lurus horizontal.
f.
Balok lintel
balok yang terletak diatas kusen
pintu atau jendela, yang berfungsi sebagai penompang horizontal yang
mentransfer beban dinding diatas kusen.
g.
Balok pengikat
berfugsi mentransfer beban vertical
maupun lateral kebalok maupun kekolom struktur.
h.
Balok stringer
balok yang berhubungan langsung
kepada system lantai yang ditopang pada titik sambungan panel lantai-balok
rangka batang pada setiap sisi dek pelat lantai
i.
Balok diaphragms
balok diantara balok girder pada
suatu system struktur rangka batang
2.2.3. Pendekatan Dimensi Balok
Balok
yang memakai bahan beton mempunyai tinggi ± 1/10 sampai dengan 1/12 panjang
bentang, dan mempunyai lebar ½ sampai dengan 2/3 dari tinggi balok. Balok yang
memakai bahan kayu mempunyai tinggi ± 1/20 panjang bentang dan mempunyai lebar
5/3 dari tinggi balok. Balok yang memakai bahan baja mempunyai tinggi 1/25
bentang. Dimensi balok-balok tersebut tidak mutlak benar, hanya digunakan
sebagai pendekatan kasar saja pada tahap pra-desain bangunan, karena kondisi
diatas masih tergantung pada jarak antara balok dan besarnya beban/ muatan yang
bekerja pada elemen tersebut
Contoh
perhitungan:
Untuk suatu balok bertulang bersegi dengan lebar b = 300
mm mendukung momen beban guna yang terdiri dari beban hidup MLL= 95
kNm.dan beba mati MDL= 54 kNm, fc’ = 28 Mpa, fy = 350 Mpa, tentukan ukuran
penampang dan penulangannya, periksa pula tegangan-tegangannya dan gambar
sketsa.
Penyelesaian:
Diketahui:
b = 300 mm
MLL= 95 kNm
MDL= 54 kNm
fc’ = 28 Mpa
fy = 350 Mpa
Ditanya:
Rencanakan tulangan balok dan gambar sketsanya.
Jawab:
1. Perkirakan
dimensi balok.
b = ½ d, maka d = 2b
d = 2 x 300 = 600 mm.
d = h – 100, maka h = d + 100
h = 600 + 100 = 700 mm.
2.
Menghitung momen rencana.
Mu = 1,6 MLL +
1,2 MDL
Mu = 1,6 (95) + 1,2 (54)
= 216,8 kNm.
3. Terlebih dahulu
deperhitungkan apakah memungkinkan jika menggunakan tulangan tunggal.
Kmaks
= fc’. (1-0,59
)
= 28 . 0,34225 (1 – 0,59 . 0,34225)
= 7,6479
MR
maks =
b d2 k = 0,8 . 300 . 6002 . 7,6379 . 10-6 =
660,77 kNm.
MR maks > MU,maka balok
bertulang tunggal.
4. Perkiraan ratio
penulangan ( )
ambil = 0,01369
K = fc’. (1-0,59 )
= 28 .
0,17113 (1 – 0,59 . 0,17113)
= 4,3078
5. Cari d perlu.
M
=
M
= Mu, maka b =
½ d.
M
= ½ d k
d perlu =
b = ½d = ½ x 501,09 = 250,055 mm
b = 260 mm
d = 520 mm.
6. Hitung luas
tulangan yang diperlukan.
As = b d = 0,01369 x 260 x 520 = 1850,888 mm .
7. Pilih tulangan.
Ambil 3D32 = 2412,8 mm > As
perlu. OK
8. Cek lebar
balok.
b min = (2.40) + (2.10) + (5.32) = 260
mm = 260 mm OK.
Jarak tulangan terpasang = diameter
tulangan OK
9.
Analisis penampang.
NT = As. fy = 2412,8 x 10 x 350 x 10 = 844,48 kN
ND = NT
0,85
fc’ab = 844,48
d
actual = 560 – 40 – 10 – 18 = 494 mm.
Mn
= ND (d - ½ a)
Mn
= 844,48 (494 - ½ . 136,47)10 = 359,55 kNm.
M
= Mn =
0,8 . 359,55 = 287,65 k Nm > Mu = 216,8 kNm OK.